Ketua Tim Formatur
Tiada laut namanya, kalau dia tidak berombak. Semakin dalam lautnya, semakin besar ombaknya.
Tiada organisasi namanya, jika tak ada riak dan gejolak. Semakin besar organisasinya, semakin besar persoalan yang menerpanya. Persoalan ini, bisa saja menerpa IKW RI yang sudah lama berdiri. Dan, sekarang sedang melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Ketua (Pilka).
Beda dengan pemilihan sebelumnya, kali ini prosesnya sangat panjang dan menjunjung tinggi demokrasi. Diawali pembentukan Tim Formatur (KPU - Red). Selanjutnya, formatur melakukan proses pemilihan yang ketat. Tujuannya, untuk mendapatkan pemimpin yang mumpuni dan mampu mengayomi anggota serta membesarkan IKW RI.
Proses pertama, setiap calon harus mengambil formulir. Dan, diberi waktu seminggu untuk mengembalikannya disertai visi dan misi. Khusus bagi calon ketua yang kurang dari dua tahun bergabung dengan IKW RI harus disertai 20 dukungan. Itupun diatas kop surat media dan materai Rp6000. Setelah formulir dikembalikan, formatur melakukan verifikasi terhadap calon selama seminggu.
Bagi calon yang lulus verifikasi, selanjutnya menyampaikan visi dan misi didepan seluruh anggota IKW RI. Merekapun harus siap berhadapan dengan formatur dan pembina dalam bentuk tanya jawab (jadwal dan tanggal tahap demi tahap sudah dibagikan kepada calon ketua). Selanjutnya, tanggal 3 Oktober 2020 dilakukan pemilihan ketua IKW RI.
Formotur dengan segala keterbatasan membuat spanduk calon ketua. Menyiapkan kertas suara bergambarkan calon dan kotak suara (layaknya Pemilu/Pileg/Pilgub/Pilwako/Pilbup. Meski, tak didukung dana operasional, namun formatur tetap bertekat mensukseskan pemilihan ketua IKW RI. Satu tekat, pemilihan Ketua IKW RI bakal jadi percontohan organisasi wartawan lain.
Baru saja selesai pengambilan formulir oleh tujuh orang calon ketua, timbul gejolak dan menggoyang formatur. Bahkan, riak riak kecil dibesarkan ini, menghiasi beberapa media online. Tudingan tim formatur ada keberpihakan pada calon yang dijagokan, menjadi headline media online. Goyahkah, formatur yang berjumlah tujuh orang ini.
Jawabannya Tidak. Walau ancaman yang datang. Meski, fitnahan menggoyang. Tak, setapakpun mundur mensukseskan Pilka IKW ini. Karena, formatur tak akan getar dan tetap melangkah pasti dengan rasa percaya diri. Soalnya, riak yang terjadi ini bagian dari strategi formatur menggemakan Pilka IKW RI. Itupun berjalan dengan sukses.
Sebuah berita formatur bermain mata, menuai tanggapan pedas pembaca. Ada yang minta formatur dibubarkan. Ada yang berteriak kembali mandat kepada ketua lama. Ada lebih pedas, pemilihan ketua IKW RI lucu lucuan dan kekanak kanakan. Bahkan, petinggi media cetak harian dan beberapa wartawan menjapri. Mereka mempertanyakan gejolak yang terjadi.
Dengan banyaknya tanggapan itu, membuktikan Pilka IKW RI menyedot perhatian wartawan dan pembaca. Manajemen konflik yang dilakukan mampu membawa hanyut pembaca. Bukankah, kebanggaan seorang wartawan, jika beritanya menjadi pembicaraan pembaca. Dan, membawa hanyut perasaan pembaca dengan berita yang disajikan.
Terlepas dari semua persoalan yang terjadi, formatur berharap kepada anggota IKW RI mensukseskan Pilka ini. Bagi calon ketua, bersainglah secara sehat. Bak kata Om Acil, mereka yang bersaing itu, sahabat kita semua. Dan, berharap laporan masyarakat agar Pilka yang sangat demokrasi tersebut, bisa melahirkan ketua yang mumpuni. Semoga segala persoalan yang sengaja diciptakan, makin menambah semarak Pilka Badunsanak ini.