Padang-Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitu Pasna) Angkatan VIII yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, diawali dengan pembagian kelompok untuk dilanjutkan ke materi berikutnya.
Dari 114 peserta Bimtek Jitu Pasna angkatan VIII, Jayadi Imam Nugroho sebagai instruktur membaginya dalam beberapa kelompok, guna diskusi-diskusi kelompok dalam memahami materi terkait Jitu Pasna.
Seberapa penting Bimtek ini.. Tanya Mardianto, instruktur lainnya. Beragam jawaban masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Rata-rata ketua kelompok menjawab sangat penting, dengan berbagai argumennnya.
“Yang pasti, pelatihan ini sangat penting karena untuk menyiapkan data berbasis bukti saat bencana terjadi,” kata Mardianto dari PT. Mahoni Cakra Saujana (MCA) yang merupakan mitra kerja BNPB.
Sementara itu Raden Hutomo, Widyaiswara Ahli Madya Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB, menjelaskan bahwa bencana akan semakin meningkat karena meningkatnya jumlah penduduk, Urbanisasi, degradasi, kemiskinan dan pengaruh perubahan iklim global.
“Nah, di Sumbar, selain Karena ulah manusia, tapi bencana yang terjadi lebih banyak disebabkan pengaruh perubahan iklim global, seperti gempa bumi,” ujar Hutomo.
Dikatakan hutomo, untuk mengetahui kebutuhan pasca bencana, maka harus diketahui terlebih dahulu dampak kerusakannya.
“Ada tiga jenis bencana yakni bencana alam, non alam dan bencana sosial. Masa pandemi covid-19 seperti saat ini, termasuk kategori bencana non alam. Tapi yang penting itu, bagaimana menanggulanginya,” jelas Hutomo.
Dalam hal penanggulangan bencana, lanjut Hutomo, merupakan tanggung jawab semua masyarakat, tidak hanya pemerintah pusat dan daerah.
“Jadi semua harus terlibat agar penanggulangannya bisa dilakukan dengan cepat. Jadi, bencana itu tanggungjawab kita bersama, namun pengaturannya memang jadi tanggungjawab pemerintah agar penanggulangan bencana bisa terkoordinasi dengan baik,” pintanya.(Hr1)